dansekedar info aja rantau 1 muara ini merupakan buku ke 3 dari trilogi novel negeri 5 menara, pos ini dipublikasikan di resensi buku dan tag ahmad fuadi gramedia kisah pencarian tempat berkarya pencarian belahan jiwa dan pencarian di mana hidup akan bermuara novel ini adalah buku ketiga dari trilogi negeri 5 menara yang ditulis a fuadi
Ilustrasi Cover buku Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. istimewaNovel karya Ahmad Fuadi ini bercerita tentang lima orang sahabat yang mondok di pesantren, lalu saat dewasa mereka kembali ini merupakan kisah inspiratif dengan tokoh bernama Alif yang tinggal di daerah terpencil di Pulau Sumatera, tepatnya di Desa Maninajau, Minangkabau, Sumatera lulus SMP dia ingin melanjutkan sekolah ke SMA Bukittinggi, namun ibunya ingin dia melanjutkan sekolah agama saja. Ibunya ingin Alif seperti Buya Hamka, namun Alif bercita-cita seperti BJ tak ingin dirinya hanya terus di kampung. Ia sangat ingin merantau ke kota untuk menggapai cita-citanya. Banyak orang sukses di sana sehingga membuat ia termotivasi untuk merantau ke ketika ia mendapat surat dari pamannya yang sedang kuliah di Kairo. Pamannya menyarankan Alif untuk melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur. Akhirnya Alif mengikuti saran pamannya dan dengan berat hati ibu dan ayahnya Cover buku Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. istimewaAlif berangakat ke Pondok Madani diantar oleh ayahnya. Dan di sinilah kisah Alif pertamanya di pondok dia terkesima dengan mantra ajaib berbahasa arab ”man jadda wa jadda,” barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan Pondok Madani Alif berkenalan dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Alif dihabiskan dengan belajar, belajar, dan belajar. Mereka bukan hanya belajar Al-Quran dan kitab, tapi mereka juga belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris, kesenian, pramuka, dan ilmu pengetahuan sore menjelang azan maghrib, Alif bersama lima temannya memiliki kebiasaan unik. Mereka berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka menggambarkan Alif mengakui jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, yaitu negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah lulus. Begitu juga dengan yang lainnya, menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir, dan Benua melalui lika-liku di pesantren, akhirnya usai lulus mereka dipertemukan lagi di London. Mereka bernostalgia dan telah membuktikan impian dan cita-cita yang dulu dilukis saat berdiri di bawah masjid bersekolah dan bekerja di Amerika, Atang sudah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo, Baso kuliah di Arab Saudi, ia mendapat beasiswa penuh, Raja di London, Said dan Dulmajid bekerjasama mendirikan sebuah pondok di Negeri 5 Menara menara ini juga telah diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama, diproduksi oleh Kompas Gramedia Production bersama Million Pictures, dan diputar serentak di bioskop seluruh Indonsia pada tanggal 1 Maret 2012Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan baik dari kalangan anak kecil maupun orang dewasa. Novel ini menggambarkan sebuah persahabatan sehingga dapat dijadikan contoh yang baik bagi para ini sangat inspiratif karena dapat mendongkrak semangat anak muda untuk menggapai cita-cita dan jangan pernah takut terhadap mimpi yakinlah bahwa Allah telah memberikan kesuksesan untuk hambanya yang mau berusaha. Ingat ”man adda wajadda’’Novel ini mampu mengubah tentang pola pikir masyarakat yang konservatif terhadap pesantren. Mereka menilai bahwa di pesantren hanya mempelajari ilmu agama saja, namun faktanya juga mempelajari bahasa Arab, bahasa Inggris, kesenian dan ilmu pengetahuan beberapa kata bahasa Arab yang tidak diterjemahkan sehingga mempersulit orang awam dalam memahami ini tidak memberikan gambaran tokoh lain-lainnya secara jelas di akhir cerita perjalanan buku Negeri 5 MenaraPenerbit Utama Gramedia Pustaka UtamaCetakan Cetakan ketigapuluh April 2021Deskripsi Fisik Tebal 423 halamanPenulis Resensi Qoniatul Qismah SPd Penulis resensi buku adalah guru penggerak Kampung Ilmu
GulukGuluk, NU Online Sumenep Panitia Siswa Kelas Akhir (SISKA) Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah Guluk-Guluk Tahun Pelajaran 2021-2022 mengadakan acara nonton bareng (Nobar) Film Negeri 5 Menara, Senin (14/03/2022) malam di Aula setempat. “Kegiatan ini dilaksanakan sesudah teman-teman melaksanakan kegiatan sowan kepada pengasuh Pondok Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Judul Buku Negeri 5 MenaraPengarang Ahmad FuadiPenerbit PT Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit 2009Tebal Buku 423 halamanNegeri 5 Menara adalah salah satu novel karya dari Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama pada tahun 2012. Novel negeri 5 Menara ini mengisahkan tentang 5 orang sahabat yang bersama-sama mondok di sebuah pesantren. Ketika beranjak dewasa mereka pun bertemu kembali dengan keadaan yang sama seperti yang mereka bayangkan pada saat mereka menunggu adzan magrib di pesantren. Alif sebagai tokoh utama yaitu seorang anak yang lahir di Desa Buyur, Maninjum, Sumatera Barat. Ia adalah pemuda yang diharapkan bisa menjadi ahli agama ketika beranjak dewasa oleh kedua orangtuanya. Keinginan orangtuanya tentu saja memiliki tujuan baik, yaitu mereka ingin sekali anaknya menjadi orang yang bernama sehingga dihormati di desanya. Namun di sisi lain, Alif tak ingin dirinya hanya terus di kampungnya. Ia sangat ingin pergi merantau ke kota untuk menggapai cita-citanya. Banyak orang sukses diluar sana sehingga membuat ia termotivasi untuk merantau ke hal tersebut tidaklah mudah. Emak ibunya selalu bergeming kepada Alif bahwa menetap di desa dan menjadi seorang ahli agama merupakan keputusan terbaik saran dari pamannya yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Alif bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Disana Alif berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani, Baso alias Ikhlas Budiman, Said Alias Abdul Qodir, dan Dulmajid alias Monib. Kelima bocah tersebut memiliki kebiasaan unik memandang langit di bawah masjid ketika menunggu adzan maghrib. Dengan membayangkan awan yang berbentuk seperti Benua Amerika, Eropa, dan Afrika yang ingin mereka kunjungi setelah lulus nanti. Itulah mereka lakukan untuk menggambarkan mimpinya pesantren mental para santri diasah oleh para ustadz untuk menjadi orang yang pantang menyerah dan memiliki mental baja. Alif sangat terkesan dengan kalimat yang selalu ia ucapkan sebelum masuk kelas yaitu "man jadda wa jadda" yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat. Siapa yang mengira jika seorang anak dari desa kini berhasil melanjutkan pendidikan dan bekerja di Amerika Serikat. Oleh sebab itu, jangan takut untuk bermimpi setinggi-tingginya karena barang siapa yang bersungguh-sungguh dan bekerja keras, pasti keberhasilan akan datang kepada sangatlah menginspirasi untuk para pembacanya. Dari cerita tersebut, dapat kita sadari bahwa bahwa kesuksesan seseorang bukan dari latar belakang pribadi orang tersebut, melainkan usaha, kegigihan, dan kerja keras yang nantinya akan membuahkan keberhasilan. Setelah membaca novel Negeri 5 Menara ini, timbul rasa untuk lebih memperdalam ilmu, baik dari segi agama maupun umum. Dari sini saya menyimpulkan bahwa, apa yang kita fikirkan belum tentu akan baik di masa yang akan datang, karena Tuhan telah mengatur takdir kita. Di sisi lain, kerja keras dan ketekunan juga merupakan kunci utama kesuksesan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Resensibuku : Negeri 5 Menara Judul : Negeri 5 Menara. Pengarang : A. Fuadi. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama. Tahun terbit : 2010. Jumlah halaman : 424 Sebuah novel yang terinspirasi kisah nyata berjudul Negeri 5 Menara. Buku ini bercerita tentang seorang anak bernama Alif. Seorang anak dari Minang yang memiliki cita-cita menjadi seperti
Negeri 5 Menara merupakan buku pertama dari novel trilogi karya A. Fuadi yang bercerita tentang kehidupan di Pondok Pesantren. Judul Negeri 5 Menara Pengarang A. Fuadi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Halaman 345 Bermimpilah setinggi langit. Meskipun kita tidak pernah tahu bagaimana cara meraih mimpi tersebut. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Novel ini merupakan novel trilogi pertama dari Novel Negeri 5 Menara. Dengan tokoh utama Alif Fikri seorang anak dari pinggiran Danau Maninjau, Sumatera Barat yang baru lulus Madrasah Sanawiyah berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA negeri. Karena dia bersama teman masa kecilnya Randai bercita-cita kuliah di ITB. Supaya kelak bisa seperti BJ Habibie yang bisa membuat pesawat terbang. Baca juga novel trilogi yang lain yaitu berjudul Rantau 1 Muara Sayangnya keinginan Alif tersebut tidak disetujui oleh emaknya yang berkeinginan supaya dia sekolah agama di pesantren. Emak Alif berpendapat kalau selama ini pesantren selalu identik dengan anak nakal dan anak miskin. Sehingga emaknya takut para pemimpin agama berasal dari kalangan yang tidak benar. Dengan kepintaran Alif, emaknya berkeinginan supaya dia bisa menjadi seorang ulama seperti Buya Hamka. Dengan terpaksa akhirnya Alif memilih pesantren di Jawa. Tepatnya di Pondok Madani, Gontor. Sebuah pesantren di kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Meskipun pada awalnya merasa terpaksa memasuki pesantren, namun lama kelamaan dia mulai kerasan. Apalagi setelah bertemu dengan teman- teman baru dari berbagai suku. Ada 6 anak yang selalu bersama dengan Alif dalam segala aktifitas di pesantren. Mereka adalah Baso seorang anak yatim piatu yang diasuh neneknya, berasal dari Sulawesi. Raja berasal dari Aceh. Dulmajid dari pulau Garam, Madura. Atang dari Bandung dan Said berasal dari Surabaya. Keenam anak tersebut hampir tiap hari berada di bawah menara Pondok pesantren. Tepatnya disamping masjid. Mereka menggunakan tempat itu untuk belajar dan berdiskusi tentang berbagai hal dalam kehidupan. Karena seringnya mereka berada di bawah menara, akhirnya mereka dijuluki sohibul menara atau yang mempunyai menara. Pada suatu waktu dari bawah menara mereka memperhatikan langit yang diwarnai berbagai bentuk awan. Menurut mereka awan-awan tersebut menggambar pola negara. Menurut Alif, awan tersebut seperti negara America. Atang mengatakan seperti Mesir. Raja mengatakan seperti bentuk negara Belanda. Sementara Said, Baso serta Dulmajid mengatakan seperti negara Indonesia. Saat ujian akhir sekitar 6 bulan lagi, Baso memutuskan mengundurkan diri dari pondok pesantren karena ingin mengasuh neneknya yang sedang sakit parah. Bagi Baso merawat neneknya jauh lebih penting karena hanya beliaulah keluarga yang tersisa bagi dia. Meskipun berat melepaskan Baso, tetapi kelima sahabat tersebut tetap semangat untuk menyelesaikan pendidikan di pondok. Dengan berbagai kesulitan yang dihadapi. Setelah beberapa tahun lulus dari pesantren, keinginan mereka ternyata tercapai yaitu Alif bisa belajar di Amerika. Raja kuliah sambil bekerja di Belanda. Begitu juga Atang bisa menginjakkan kaki di Mesir untuk bekerja dan belajar. Sementara Said dan Dulmajid bekerja sama mengembangkan pondok pesantren yang mereka dirikan. Sedangkan Baso meskipun tidak lulus pesantren dia mampu menjadi hafizh Alquran, sehingga memperoleh beasiswa penuh dari negara trilogi yang lain berjudul Ranah 3 Warna Dari novel ini kita bisa banyak mengerti tentang kehidupan di pondok pesantren. Bagaimana mereka belajar, melakukan kegiatan extra serta kegiatan lain yang sangat padat jadwalnya. Karena sebagian cerita merupakan pengalaman pribadi penulisnya yaitu A. Fuadi, yang pernah mendalami ilmu di Pondok Madina. Novel Negeri 5 Menara ini merupakan novel motivasi untuk semua kalangan. Terutama untuk anak remaja yang masih bingung mencari jati diri. Karena terkadang mereka takut bermimpi melihat keadaan mereka saat itu. Padahal dengan mimpilah kita bisa merubah keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
ResensiNovel Ranah 3 Muara. Novel Ranah 3 warna merupakan novel kedua dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel ini ditulis oleh Ahmad Fuadi, seorang novelis dan juga mantan wartawan TEMPO dan VOA kelahiran Nagari Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau 30 Desember 1972. Keahliannya dalam bercerita dan merangkai kata tidak diragunkan lagi.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Membaca buku-buku lama yang ada di lemari buku pribadi masih menjadi keasyikan tersendiri. Begitu pula saat melihat buku menarik yang isinya sangat bagus yang memberikan hikmah bagi para pembacanya. Salah satunya karya A. Fuadi, meskipun novel tersebut sudah diterbitkan sejak tahun 2009 lalu, namun membacanya lagi seolah memberikan aura positif di tengah kegersangan motivasi seperti saat ini. Begitu pula dengan kali ini, "Negeri 5 Menara Resensi Novel, ingin memberikan secercah hikmah dari isi novel 5 Menara karya A. Fuadi sejatinya adalah sebuah kisah pribadi sang penulis yang memberikan kisah hidupnya selama belajar di pondok, yang dengan kisahnya tersebut sengaja memberikan sisi positif belajar di pondok, juga menjadikan sebuah penilaian positif yang membuat pondok sebagai tempat belajar favorit bagi anak muda saat ini. Informasi bukuJudul Negeri 5 A. PT. Gramedia Pustaka terbit Cetakan ke-1, Bulan Juli 2009, Cetakan ke-6 April buku 423 978-979-22-4861-6Negeri 5 Menara dalam Resensi Buku Berbicara tentang sebuah buku yang berisi kisah dan perjalanan hidup, maka sangat tepat bila memilih novel 'Negeri 5 Menara" sebagai bacaan motivasi. Novel ini sangat menantang dan menarik pembacanya untuk turut serta menjelajahi kisah hidup Alif sebagai tokoh utama dalam novel menarik lagi adalah rasa penasaran Anda tentang kisah kehidupan pondok seolah terwakili dari tulisan penulisnya tentang PM Madani Gontor ditambah dengan inspirasi dan pengalaman penulis dan juga sosok rekaan yang diciptakan penulis dalam karya ini, membuat novel ini menjadi sebuah novel yang juga "Laskar Pelangi" Sebuah Kisah dalam Resensi utama dalam Negeri 5 Menara ini adalah Alif, seorang anak dari tanah Minangkabau, yang masa kecilnya hidup dengan suasana yang menyenangkan dengan berburu durian runtuh di Rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah dan juga mandi di air biru di Danau Maninjau, dan tiba-tiba kesenangannya tersebut harus dihentikan karena impian besar, yang mengharuskan Alif meninggalkan tanah kelahirannya untuk menggapai mimpinya keluar dari tanah Minnagkabau, melintasi punggung Sumatera menuju sebuah pelosok desa di Jawa Timur. Semua ini dilakukan demi menaati perintah dan juga harapan Amak, yang menginginkan Alif menjadi seorang Buya Hamka, padahal Alif memiliki mimpi menjadi seorang Habibie. Meskipun berat, namun Alif tetap menjalankan perintah Amak untuk belajar di pondok. Man Jadda WajadaKata-kata tersebut menjadi menjadi motivasi awal Alif saat berada di pondok, antara terkesima dan penasaran membuat Alif percaya denga matera sakti tersebut, yang memiliki arti, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses".Yang menarik, judul "menara" berasal dari kata sebuah tempat berkumpulnya Alif Fikri bersama Shohibul Menara yang dipersatukan karena jewer berantai dengan teman-temannya dari penjuru nusantara, seperti Dulmajid dari Sumenep, Raja dari Medan, Baso dari Gowa, Said dari Surabaya, dan Atang dari Bandung. 1 2 Lihat Book Selengkapnya

Ketikapertama kali melihat novel Negeri 5 Menara karangan Ahmad Fuadi, saya teriingat "mantra" ajaib dinovel tersebut. Mantra itu adalah Man jadda wajadda, mantra yang diajarkan kepada semua murid yang menempuh pendidikan di pesantren Pondok Madani yang dikisahkan dalam novel tersebut. Kurang lebih artinya : barang siapa yang bersungguh Deskripsi Sinopsis dan resensi Novel Negeri 5 Menara. Identitas Buku Judul Buku Negeri 5 Menara Penulis Buku Ahmad Fuadi Penerbit Buku Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit Jakarta Cetakan ke 3 Tebal Buku 339 halaman ISBN 9789792248616 Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Resensi novel Negeri 5 Menara ini terinspirasi dari kisah nyata yang menceritakan tentang anak-anak pondok Pesantren Madani, Gontor di Jawa Timur. Anak-anak ini memiliki sebuah mimpi besar dan segudang pengalaman mengesankan. Petualangan mereka berawal dari perkenalan di depan kelas, mereka bernama Alif, Atang, Raja Lubis, Said Jufri, Baso Salahuddin, Dulmaji, dan Teuku. Pada novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Maksudnya yakni novel ini lebih banyak menceritakan tentang kehidupan Alif sebagai tokoh utama. Dia memiliki dua adik perempuan yang masih kecil. Dimulai dari penggambaran lokasi tokoh Alif di Washington DC tahun 2003 saat musim salju. Dia bekerja sebagai wartawan yang meliput kejadian setiap Negara. Dengan alur mundur, tokoh utama menceritakan masa kecilnya ketika masih SMP yang mendapatkan nilai tertinggi se-kabupaten di Bukittinggi. Karena mendapatkan nilai terbaik, Alif bercita-cita masuk SMA negeri yang berbasis umum. Ia ingin menjadi akademisi yang hebat. Namun tentangan dari kedua orang tuanya membuat kecewa. Karena keinginan orang tua yang menginginkan Alif mendalami agama maka didaftarkanlah ke Pesantren Madani, Ponorogo Jawa Timur. Dalam sesi perkenalan di dalam kelas, Alif akhirnya memiliki sahabat dari berbagai latar belakang yang mengagumkan. Karena peraturan pesantren yang mengharuskan menggunakan bahasa Inggris dan Arab setiap harinya, mereka bisa fasih berbahasa. Suatu ketika mereka berenam mendapatkan julukan 5 menara, karena sering belajar di bawah menara area pesantren. Saking seringnya, tempat itu menjadi rumah baru untuk berbagai kegiatan diskusi atau sekadar berkumpul. Jargon yang sering memberikan semangat, yakni “Man Jadda Wa Jadda”. Dimana artinya yakni barang siapa yang bersungguh –sungguh, pasti akan sukses. Sebenarnya novel ini lebih banyak menceritakan kehidupan pesantren yang sangat ketat, hingga membuat masing-masing tokoh mengalami konflik batin atau tekanan. Beberapa kesalahan dan tidak disiplin, membuat mereka sering mendapatkan hukuman dari assatidz guru yang bertugas. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para santri yang belajar dengan tekun sekaligus menaklukkan setiap tantangan. Sejak kecil, Alif yang sering mengasah kemampuan menulis dan senang memotret, mendapatkan kesempatan menjadi wartawan di luar negeri. Alif juga menjadi seorang public speaking handal. Apalagi pesantrennya memberikan fasilitas pada semua santri yang memiliki bakat dan minat pada suatu bidang. Di bawah pengasuhan Kiai Rais seorang penghapal Qur’an dan hadist, pemain sepak bola, pengajar tafsir, dan lulusan MA di Madina University, Pesantren Madina mencetak generasi para santri yang hebat. Kelima sahabatnya menjadi orang bermanfaat bagi umat manusia. Unsur Intrinsik Novel Negeri 5 Menara Anda tentu ingin mengetahui karakter dari setiap tokoh di resensi novel Negeri 5 Menara secara detail, bukan? Setiap informasi dalam suatu karya sastra memberikan pesan yang mendalam. Berikut kami sajikan unsur instrinsik spesial untuk Anda Tema Novel Negeri 5 Menara mempunyai tema utama pendidikan dunia pesantren yang begitu ketat, religi, persahabatan, dan percintaan. Lokasinya cukup terpencil dari keramaian, hingga pesantren tersebut tidak mendapatkan aliran listrik. Secara tidak langsung, novel ini memberikan pengajaran tentang kesederhanaan menjalani hidup. Penokohan Berikut adalah penjelasan penokohan dalam Novel Negeri 5 Menara 1. Alif Fikri Alif adalah salah satu santri dari Bukittinggi yang belajar agama di Pondok Madani yang memiliki beberapa sahabat. Memiliki sifat yang pandai, penurut, dan keras kepala atas setiap keinginannya. 2. Amak Amak adalah panggilan untuk ibu Alif yang memiliki perawakan kurus dan mungil. Sikapnya ramah, 3. Ayah Ayah adalah orang tua Alif yang memiliki perawakan kecil, tegas, tenang, penyayang, dan seorang guru madrasah. 4. Atang Atang adalah sahabat Alif di pondok, memiliki perawakan serius, kurus, tinggi, dan berkacamata. 5. Raja Lubis Raja termasuk sahabat Alif yang penuh percaya diri, hobi membaca kamus bahasa, 6. Said Jufri Said termasuk sahabat Alif yang berasal dari Surabaya, memiliki perawakan gemuk, hitam, keturunan saudagar Arab yang turun di Ampel, tegas, mantan anak nakal dan berwajah boros. 7. Baso Salahuddin Baso juga sahabat Alif yang merupakan ketua kelas karena tampak lebih dewasa. 8. Dulmaji Dulmaji juga sama sahabat Alif yang berasal dari Madura, memiliki perawakan cukup tegas, jujur, paling keras, dan setia kawan. 9. Teuku Teuku memiliki sifat tergesa-gesa, dan suaranya lantang. Kesimpulan Tentu saja Anda tidak akan lama mempertimbangkan untuk membaca novel novel Negeri 5 Menara, bukan? Mengingat, gambaran di atas cukup mewakili pesan apa yang ingin disampaikan penulis. Misalnya saja kehidupan pesantren yang penuh tantangan, beban, dan disiplin yang tinggi, hingga akhirnya berbuah manis. Seperti kata pepatah, siapa yang bersungguh-sungguh, akan diberikan kemudahan baginya mencapai apa yang diinginkan. Bagaimana, resensi Novel Negeri 5 Menara di atas cukup membakar semangat Anda untuk menonton filmnya atau membaca novel tersebut? Selamat menikmati karya inspiratif yang satu ini, ya? Judul: Negeri 5 Menara Penulis : A. Fuadi Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Tontonan televisi memang dilarang, tapi buku dan majalah-majalah luar negeri yang bermanfaat bebas mengalir. Penulis secara detail menjabarkan bagaimana sistem yang diterapkan di pesantren ini. Bagaimana kedisiplinan bisa dijaga dan mendarah daging pada setiap 0% found this document useful 0 votes353 views7 pagesDescriptionResensi Novel Negeri 5 MenaraCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes353 views7 pagesResensi Novel Negeri 5 MenaraJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. RESENSIBUKU " NEGERI 5 MENARA " BY FAIZA AULIA RAHMANY SMAIT DARUL QURAN. Man Jadda Wajada Sepotong mantra ajaib ini bak menyihir sesiapa yang mendengarnya, inilah yang dirasakan oleh Alif, tokoh utama dalam novel ini saat hari pertama ia bersekolah di Pondok Madani, Pondok Pesantren yang berada jauh sekali dari kampung halamannya di Sudah berulang kali membaca novel ini, bisa dikatakan sangat senang dengan isi dan hikmah yang terkandung dalam cerita novel ini, meskipun sudah diterbitkan sejak lama yanitu sekitar tahun 2009, namun isinya yang sangat menginspirasi, yang pada akhirnya ingin mengulas sedikit, berupa resensi novel “Negeri 5 Menara”. Sebagai novel yang merupakan kisah nyata dan kisah hidup dari penulis, yaitu A. Fuadi, yang mengisahkan kisah hidup menuntut ilmu di sebuah pondok, yang pada akhirnya mematikan stigma negatif tentang pondok, dan menjadikan pondok saat ini menjadi sebuah destinasi belajar favorit bagi menarik, sangat menantang dan yang terakhir adalah ada rasa terharu saat memabca novel ini, rasa yang campur aduk, seperti mengajak pembaca untuk menikmati kisah yang ada dalam novel ini. Tidak hanya itu, pembaca serasa diajak masuk dan membayangkan kisah yang terjadi dalam dunia pondok, yaitu PM Madani Gontor. Novel ini memang luar biasa yang terinspirasi dari pengalaman penulis saat menikmati pendidikan di Pondok Modern Gontor. Selain itu, semua tokoh utama merupakan sosok terinspirasi dan sosok asli, dan tokoh lainnya adalah gabungan dari beberapa karakter yang sengaja diciptakan oleh BukuJudul Negeri 5 MenaraPenulis A. PT. Gramedia Pustaka terbit Cetakan pertama JUli 2009, Cetakan keenam April buku 423 halamnISBN 978-979-22-4861-6Resensi Buku “Negeri 5 Menara”Sebagai buku yang sangat menginspirasi, buku ini harus Anda baca. Bagaimana tidak, begitu banyak kata-kata positif yang memotivasi, bahkan pada bagian awal sebelum masuk Bab 1 saja, sudah disampaikan kata mutiara dari ulama terkenal yang diajarkan kepada siswa pada tahun keempat di Pondok Modern Gontor, sebagai berikutOrang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung negeirmu dan merantaulah ke negeri orangMerantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawanBerlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah melihat air menjadi rusak karena diam tertahanJIka mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsaAnak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diamTentu manusia bosan padanya dan enggan memandangBijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambangKayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan. - Imam Syafi’i -Itu baru kalimat pembuka, yang memiliki makna mendalam yang memberikan semangat bagi para pembaca novel ini untuk terus membaca. Kisah hidup Alif ini diawali dengan kisah flashback, yang menceritakan bagaimana seumur hiduypnya Alif yang tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau dan masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah dan mandi di air biru di Danau Maninjau. Yang tiba-tiba karena harapan seorang Amak yang memiliki impian besar, mengharuskan Alif harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa pelosok di Jawa Timur. Amak yang merupakan ibunya menginginkan Alif menjadi seorang Buya Hamka, meskipun sebenarnya Alif ingin menjadi seorang Habibie. Dengan setengah hati Alif mengikuti perintah Anak untuk belajar di “Negeri 5 Menara”Di hari pertama di PM Pondok Madani, Alif sangat terkesima dengan mantera sakti “Man jadda wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh sungguh pasti sukses”. Bahkan yang menarik dan terkadang bisa membuat tertawa sendiri saat membaca novel ini adalah bagaimana seorang Alif Fikri bersama temann-temannya yang meruakan Shohibul Menara yang kemudian dipersatukan dengan hukuman jewer berantai, yang membuat Alif berteman dengan kawan-kawan dari penjuru Indonesia, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, yang menjadikan mereka sebagai shohibul menara menjadikan tempat itu sebagai tempat untuk memimpikan tujuan dan harapan setelah menyelesaikan pendidikan di PM Madani. Bagi Alif Fikri dan kawan-kawan, mimpi dan impian adalah sesuatu yang tidak boleh diremehkan, walau setinggi apa pun, Tuhan sungguh Maha juga Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”.Begitu banyak kisah menarik dan menantang yang bisa Anda baca dan dipahami, makna tersirat yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara” ini. Buku ini merupakan buku pertama dari sebuah trilogi yang ditulis oleh A. Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, yang juga sangat menyukai fotografi dan pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO Konservasi. A. Fuadi adalah alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University dan juga Royal Holloway, University of Novel “Negeri 5 Menara”Secara umum, novel ini memberikan sebuah kisah perjalanan yang sangat menarik, bahkan dari beberapa pengalaman pembaca novel ini juga memberikan catatan positif yang diksinya sekelas dengan ramuan kata-kata Andrea Hirata, dengan deskripsi yang sebening dengan novel Ayat-ayat hanya itu, novel ini juga seperti memaksa pembaca untuk merekatkan kembali sebuah impian, mulai dari keinginan untuk menghafal Al-Quran sampai impian untuk belajar ke luar tentang pondok sebagai tempat pendidikan, Novel Negeri 5 Menara ini sangat menunjukkan bahwa pondok saat ini berbeda dengan pondok yang dulu. Hal ini bisa terlihat pada halaman 20 yang mendeksripsikan gambaran pondok dalam protes yang disampaikan Amak, bahwa banyak orang melihat bahwa pondok adalah buat anak yang cacat produksi, baik karena tidak mampu menembus sekolah umum yang baik, atau karena salah gaul dan salah urus. Sehingga pondok hanya dijadikan bengkel untuk memperbaiki yang rusak, bukan dijadikan sebagai tempat untuk menyemai bibit “Negeri 5 Menara”Selain kisahnya yang sangat menarik, berbagai kata-kata didalamnya seolah memotivasi bagi siapa saja yang ingin sukses, yaituKompas kehidupan yaitu “Man Jadda Wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”.“Man shabara zhafira” yang berarti “Siapa yang bersabar akan beruntung”. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang dituju bukan sekarang, namun ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.“Man thalabal ula sahiral layli”, yang bermakna “Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, maka bekerjalah sampai jauh malam”.Baca juga Resensi Antologi Cerpen “Taman Hujan”.Terdapat dua hal penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya dari pada orang lain. Yang kedua, yaitu tidak pernah mengizinkan diri ini dipengaruhi oleh unsur di luar diri. Oleh siapa pun dan suasana bagaimana pun. Artinya jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena ada faktor di luar, kita yang berkuasa terhadap diri kita sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kita punya pilihan, untuk takut atau tetap terakhir sebagai catatan positif adalah Petuah Kiai Rais yang bisa memberikan semangat kepada siapa saja untuk sukses, yaitu “Jangan puas jadi pegawai, tapi jadilah orang yang punya pegawai”.Kekurangan Novel “Negeri 5 Menara”Berbicara tentang kekurangan sebuah karya, tentunya pasti ada. Namun dari berbagai novel yang pernah Saya baca, meskipun ada kekurangan, namon novel karya A, Fuadi ini hampir tidak ada celah, mulai dari diksi deskripsi atau bahkan tulisan semuanya sempurna. Oleh karena itu, saya mengacungkan jempol untuk A. Fuadi, meskipun novel ini sudah diterbitkan sangat lama, namun masih enak dan layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan cerita menarikItu dia sedikit resensi novel “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua. dKvnVj.
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/84
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/154
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/271
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/109
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/285
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/308
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/37
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/22
  • 3n6jp1qxbb.pages.dev/64
  • resensi buku negeri 5 menara